leadership islam
Persoalan adanya reaksi terhadap kepemimpinan umat manusia sebagai  khalifah Allah di atas bumi ini, menurut saya merupakan persoalan yang  sudah ada semenjak Allah ingin menjadikan anak cucu Adam as. sebagai  kalifahNya di bumi ini. Ada dua jenis reaksi yang muncul yang dapat kita  lihat berdasarkan petunjuk yang kita dapatkan dalam ayat-ayat Allah. Pertama, bentuk reaksi yang muncul yang diwakili oleh para malaikat.  Malaikat sempat protes kepada Allah, karena sangsi akan kemampuan  manusia dalam mengemban amanah tersebut. Kedua, adalah reaksi penolakan  yang diperlihatkan iblis ketika Allah memerintahkannya untuk sujud  kepada Adam as. Ada perbedaan mendasar yang melatarbelakangi ke dua  reaksi tersebut.  Keraguan malaikat dilatarbelakangi oleh keterbatasan  pengetahuannya tentang kemampuan atau kualitas-kualitas yang dimiliki  oleh manusia. Baru setelah Adam menjelaskan “nama-nama” kepada malaikat  sebagaimana diperintahkan Allah, sadarlah malaikat dan akhirnya menerima  sepenuhnya ke khalifahan Adam tanpa keraguan lagi. Kemampuan Adam untuk  menjelaskan tentang nama-nama ini menunjukkan kualitas potensi jiwa dan  pengetahuan yang dimiliki oleh seorang khalifah yang  mewujud secara  nyata ke dalam dirinya dalam rangka mengemban tugasnya di bumi ini.   Berbeda dengan malaikat, iblis karena sombongnya, merasa bahwa dirinya  lebih memilki kualitas dan kemampuan untuk mengemban amanah tersebut.  Dibalik itu iblis juga menyembunyikan kedengkiannya kepada Adam, karena  Allah meletakkan kekhalifan kepada Adam dan bukan kepada dirinya,  padahal selama ini ia telah menunjukkan ketekenunnya bertasbih dan  memuji kepada Allah. Iblis akhirnya terus meneguhkan sikap penolakannya,  tidak mau bertobat dan bahkan memproklamirkan kebulatan tekadnya untuk  menyesatkan manusia. Apa yang ingin saya sampaikan dibalik peristiwa tersebut adalah, bahwa  persoalan Khalifah Allah, adalah persoalan yang menjadi kewenangan  mutlak Allah. Sosok Khalifah adalah sosok manusia yang dipilih dan  ditunjuk oleh Allah, seorang utusan Allah, dengan kualitas-kualitas  & kemampuan yang dapat ia buktikan dan ia tunjukkan berkaitan dengan  “nama-nama”, sehingga umat manusia dapat menyaksikannya. Penunjukkan  Allah kepada Adam as. sebagai khalifah di bumi ini beserta  kualitas-kualitas yang merupakan syarat mutlak bagi keberadaan seorang  khalifah, sesungguhnya merupakan “benang emas” sebuah ketetapan bagi  kelangsungan dan keharusan keberadaan seorang khalifah/imam setelah  terhentinya pengutusan Nabi dan Rasul. Ketetapan disini tidak terbatas  pada persyaratan kualitas yang harus dimiliki, tetapi lebih dari itu  menunjuk kepada jati diri mereka yang memang dipilih dan ditunjuk untuk  itu. Ibarat dua sisi pada satu mata uang. Dalam sejarah umat islam,  persoalan khalifah/imam ini memunculkan dua keyakinan yang berbeda. Dan  karena persoalan inilah sepertinya umat islam sulit untuk bersatu
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar